celoteh malam

seketika ini semua seperti dengan mudahnya membalikkan sebuah telapak tangan.

Tak ada prasangka yang menandakan akan berakhirnya rasa kepemilikanku terhadapmu.

Tahu apakah arti dari ini?

Seperti jiwa lepas dari raganya, rela dan tiada beban , (baca:mungkin)

tapi apa salahnya jika memang kita berterimakasih tentang hal ini,

hal yang tidak akan menjadi beban lagi dalam pikiran, hati, tingkah laku, dan kemunduran loading otak kita.

ini chat singkat ku sama Mam Nad tersayang ku :*

 mam, tadi kita crita2 ttg mam loh david juga ikutan malah yg paling girang :d

hehehe, iya sayang

mam juga kangen

tp haduh!!! rasanya semua2 kayak dikejar

dsna lg malem yah mam ?

hahah kok bisa dikejar2?

cinta : SIKLUS HIDROLOGI :)

Kemarin sekarang dan mungkin besok, besoknya lagi, dan besok besoknya lagi, kamu masih menghantui pikiran jernihku, entah apa yang membuatmu bertahan disini, mungkin aku salah beli lem perekat waktu bilang : “yes, I like you boy :D” so that’s why cerita ku kali ini tentang kamu, pas dulu kita kelas satu, aku akui kita adem anyem nggak ada kurang satu apapun (baca: alhamdulillah) tapi mungkin itu berubah saat Tuhan menghendaki aku suka kamu . WHY ? I don’t how? Why ? and KOK BISA? Ya aku akui kamu lumayan cakep standart orang jawa-lah , ahihihi. Eh sempat dulu aku namai kamu “SIKLUS HIDROLOGI”

when I talk about ...

Ketika aku berbicara tentang kesetiaan dan kepercayaan,

Mungkin banyak diantara kita yang tidak betul paham apa itu sebenarnya setia ?

Bukan! Setia bukan saat kita bilang “iya aku masih sama dia kok”

Bukan! Setia bukan saat beberapa hari kamu jalan dengannya

Bukan! Setia bukan saat orang-orang disekitarmu bilang “mereka akur yah ?”

Setia itu saat kamu bisa mengkaitkannya dengan kepercayaan

Pikirkan jika kamu percaya satu dengan lainnya, maka sudah seharusnya kita akan saling setia

Malam ini, 07 agustus 2011

Kamu benar dalam mimpiku, tapi salah dalam nyataku

Seharusnya aku tahu diri untuk ini..

Kau telah memilih dia, lagi ..

Dan aku, harus merelakan kamu, lagi.

Entah sampai kapan Iitu akan aku lakukan

Aku memang munafik, menampik semua yang menjadi kenyataanku.

Bukan itu maksudku, bukan,,

Aku hanya tidak ingin kita akan berpisah karena ini …

Lebih baik aku perih, kamu bahagia ..

Aku izinkan setiap malam air mata ini menetes,

Dengan senandung irama sendu

Mereka boleh bilang aku cengeng, memang

Tapi itu karena aku jatuh di lubang yang sama